Ada dalam Ketiadaan
Terkesan merajut asa dalam riuh
Serasa tercapai tanpa gapai
Melamun, suara sanubarimu seraya memberi nafas jangka yang berkepanjangan
Apa kau akan bertahan sedari fajar terbit hingga senja tak terpancar?
Menemaniku, memelukku, menuntunku, walau dalam badai?
Saya rasa tidak berkemungkinan hal itu terjadi
Dan lagi pula, lereng-lereng di keheningan subuh telah memikat tanpa belas rindu
Segala sesuatunya tak terulang
Segala yang ada bertaraf ketiadaan.
Kemarau dalam Air Mata
Hujan pada musim kemarau terjadi
Turun berderu tanpa pamrih
Bersama angin menghempas atap logika
Menghampiri kening kening lara
Pada jiwa yang bernostalgia
Denting suara tetes airmata
Hadir bersama mata air hujan
Kesedihan yang tiada ambang batas
Melakoni hingga puncak kerapuhan
Masihkah kau enggan percaya?
Padahal kau dan aku bernafas di naluri yang sama
Pernahkah terbesit keabadian?
Meski estimasi waktu membatas
Tentu kerapuhanku adalah kamu
Percayalah.
Kecemasan dalam Rindu
Menjalin keniscayaan
Menjalar hingga sampai pada tepi keragu-raguan
Menatap masa masa kelabu
Teringat sendu bergelombang pilu
Lantunan lirih lagu yang pernah kita putar didalam ruang tanpa pintu
Mengingatkan ku pada sumpahmu
Kau ku panggil detik ini lewat pesan
Semoga sampai dengan kata-kata utuh tanpa kehilangan huruf
Sebab, keutuhan makna ini mendalam
yang akan membuatmu mengerti arti dari kehadiran.
Pamekasan 20 Mei 2022