RETORIK.ID, Pamekasan – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pamekasan, Madura, Jawa Timur mempersiapkan segala perangkat untuk menanggulangi potensi bencana alam. Baik perangkat lunak, maupun perangkat keras.
Kepala Pelaksana BPBD Pamekasan, Amin Jabir mengungkapkan, perangkat lunak dimaksud adalah regulasi berkaitan dengan penanggulangan bencana alam, serta perjanjian kerja sama. Sementara perangkat keras meliputi sumber daya manusia (SDM), dan segala peralatannya.
“Pagi ini kita lakukan gelar (apel,red), itu semata-mata untuk memastikan dua hal bahwa kita siap secara personal, dan kita siap secara peralatan,” kata Amin Jabir usai Apel Gelar Pasukan Penanggulanhan Bencana di Lapangan Nagara Bhakti Mandhapa Aghung Ronggosukowati, Selasa (25/10/2022).
Dikatakan, pihaknya akan mendirikan sejumlah posko di berbagai tempat dengan melibatkan semua unsur, seperti Satpol PP, Dishub, Dinkes, TNI, Polri, dan lain lain. Sehingga, kemungkinan terjadinya bencana alam dapat diantisipasi dengan baik.
“Perlu diketahui bahwa peralihan musim ini pada tanggal 1 november, artinya saat ini kita masih berada di musim kemarau. Istilah masyarakat itu kemarau basah. Hal ini ditandai oleh dua hal, pertama secara de jure kita belum mendapat rilis peralihan musim, dan secara de facto ada beberapa sumber air di masyarakat itu belum kembali pulih,” terangnya.
Pihaknya akan segera menerbitkan surat siaga darurat bencana apabila telah menerima rilis pergantian musim dari Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Termasuk dengan realisasi pendirian posko bencana sebagaimana yang terjadi pada musim lalu.
“Perkara bencana atau tidak, kita tidak bisa memprediksi. Yang jelas, secara kajian resiko bencana Pamekasan memiliki delapan potensi resiko bencana,” jelasnya.
Delapan potensi itu meliputi bencana banjir, tanah longsor, puting beliung, kekeringan, abrasi, gempa bumi, tsunami, dan potensi kebakaran. Delapan potensi tersebut sangat mungkin terjadi di Kabupaten Pamekasan.
“Oleh karena itu, kita membangun kesiapsiagaan. Persoalan kapan terjadinya kita tidak bisa memastikan, tetapi kita membangun kesiapsiagaan dan membangun ketanggap daruratan dengan menggelar apel dan membangun keposkoan itu,” ungkapnya.
Mantan Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) ini memungkasi, setiap menerima informasi resiko bencana nantinya akan disampaikan kepada posko kedaruratan untuk diantisipasi secara bersama-sama. Karena penanggulanhan bencana ini harus dilakukan oleh semua elemen, termasuk masyarakat yang hidup di wilayah resiko bencana tersebut.
“Adanya program bersih-bersih sungai, itu serangkaian ikhtiar kita untuk mengurangi resiko bencana. Kebetulan dunia dan indonesia sepakat bahwa oktober tepatnya tanggal 13 merupakan bulan pengurangan resiko bencana,” pungkasnya.